MICEPLUS.ID – Syarat utama menjadi kota destinasi Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), tentunya adanya sebuah gedung pameran dan konferensi. Inilah yang membuat Indonesia pada pertengahan abad 20, pontang-panting mewujudkan Balai Sidang Jakarta atau Jakarta Convention Center (JCC).
Yup, pada 1960, JCC merupakan salah satu proyek mercusuar Presiden Sukarno. Kala itu, Pemimpin Besar Revolusi ingin mengirim pesan kepada para delegasi negara-negara berkembang, bahwa ibu kota Indonesia adalah kota yang megah. Sedianya JCC bakal melengkapi Istana Olahraga (Istora), untuk menyambut Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang (Ganefo) pada 1963.
Sayangnya, karena biaya pembangunannya yang terlalu mahal – mencapai Rp203 miliar kala itu – membuatnya molor penyelesaiannya. Dan tak sempat digunakan untuk Ganefo. Malahan, JCC baru selesai pada 1974. Justru, pembukaan konferensi tahunan Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA) yang menggunakan JCC. PATA mengadakan konferensi ke-23 pada awal April 1974 di gedung itu.
JCC pada 1992 pernah menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non Blok ke-10. Delegasi yang hadir terdiri dari 62 kepala negara dari 109 negara.
JCC pernah dinamai Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), karena pengelolaannya di bawah manajemen Hilton – JCC juga memiliki koridor yang terhubung dengan Hotel Hilton Jakarta yang saat ini bernama Hotel Sultan. JCC memiliki 13 ruangan pertemuan untuk berbagai keperluan. Ruangan terbesar berupa Plenary Hall berkapasitas 5.000 tempat duduk. Juga Assembly Hall seluas 3.921 meter persegi. Gedung itu bisa digunakan untuk konferensi, konser musik, hingga pameran. Persoalannya, untuk pameran alat berat, JCC belum sepenuhnya mampu menampung.
Selain JCC, Jakarta memiliki Jakarta International Expo (JIExpo) yang mampu melengkapi kekuarangan JCC. Tapi kebutuhan venue untuk konferensi yang megah, layaknya gedung-gedung pameran di Jerman – kiblat industri pameran dunia – terdapat pada Indonesia Convention Exhibition (ICE).
Dalam sebuah upacara yang megah, Presiden Jokowi meresmikan ICE pada Selasa, 4 Agustus 2015. Sejak itu ICE menjadi buah bibir para pemilik usaha di bidang industri perhelatan dan MICE. ICE dimiliki bersama oleh Kompas Gramedia Group dan Sinar Mas Land. Gedung ini sanggup menampung beragam kegiatan dari konferensi, pameran, pertemuan, konser musik, dan berbagai kegiatan luar ruangan.
Berdiri di atas lahan 22 hektare, ICE menjadi ikon markah tanah Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan. Agar memenuhi harapan para penyelenggara event MICE, manajemen ICE ditangani Deutsche Messe, dari Hanover, Jerman.
Sekilas Data
- Ruangan : 10 hall
- Exhibition hall : 50.000 m²
- Area pameran luar ruangan : 50.000 m²
- Convention hall : 4.000 m² (dibagi empat ruang, 33 ruang pertemuan)
- Area lobi : 12.000 m²
- Area parkir : 5.000 kendaraan
- Transportasi : KRL (Stasiun Cisauk), Trans Jakarta, dan transportasi umum lainnya