MICEPLUS.ID — Ozu berada di Pulau Shikoku – salah satu dari empat pulau utama Jepang. Di desa kuno itu, kehidupan berpusat di sekitar Sungai Hiji, dengan lanskap ikonik Kastil Ozu berlantai empat. Sebuah istana shogun berbenteng kayu.
Istana yang berdiri sejak abad ke-14 menegaskan posisi Ozu, sebagai pusat administrative kota. Setelah Jepang memasuki era modern, kota-kota tua di pedesaan ini pun terbengkalai. Gedung-gedung tua nan bersejarah dilupakan. Pada 2018, Ozu masih memiliki bangunan-bangunan tua yang terbengkalai. Beberapa dibongkar dan kotanya juga sepi.
Namun, pada awal 2024, Ozu seperti bereinkarnasi. Kota itu ramai kembali dengan pusat kehidupan di alun-alun kota, tepar di depan kantor informasi pariwisata, Ozu Machi-no-Eki Asamoya. Selain menjadi pusat pariwisata, Ozu Machi-no-Eki Asamoya juga menjajakan kerajinan tangan dan makanan lokal. Sebagaimana alun-alun desa yang ramai, keluarga lokal pun berbaur di antara para wisatawan.
Di dekat alun-alun itu, terdapat deretan rumah yang dulunya merupakan kediaman para samurai. Rumah-rumah tua itu tampak elegan dengan taman yang luas. Salah satunya adalah Shun, rumah samurai yang diubah menjadi restoran yang menyajikan imotaki atau sop khas Ozu. Sop tradisiopnal itu berkomposisi ayam, talas, dan sayuran lainnya – jangan ke sini pada siang hari, Anda harus antre panjang untuk makan siang. Di seberang jalan dari rumah para samurai yang telah banyak alih fungsi itu, terdapat konfigurasi kota kastil tradisional berupa toko, gudang, resto, dan museum sejarah lokal.
Sering disebut sebagai “Kyoto kecil” karena daya tarik sejarahnya yang serupa, Ozu pernah menjadi ibu kota wilayah feodal Iyo lama (sebagian besar wilayah prefektur Ehime saat ini) dari tahun 1617 hingga 1868. Kehidupan pedagangnya sangat makmur, karena perdagangan lilin, sutra, kertas dan kayu. Namun, kemerosotan ekonomi di Ozu selama satu abad terakhir, menyebabkan eksodus penduduk ke kota-kota besar.
Untuk melestarikan lanskap kota abad pertengahan dan merevitalisasi perekonomian lokal, pada tahun 2019, Ozu memulai rencana ambisius yang berpusat pada pariwisata berkelanjutan, dengan cepat berupaya melestarikan dan mengubah struktur warisannya menjadi akomodasi menarik dan bisnis baru. Tujuannya adalah mengembalikan Ozu sebagai jantung budaya wilayah tersebut dan menarik wisatawan dan penduduk.
Dan ini merupakan kisah sukses yang luar biasa. Pada tahun 2023, Ozu dinobatkan sebagai salah satu dari “100 Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Teratas” oleh Green Destinations — sebuah badan sertifikasi resmi internasional dan organisasi nirlaba. Pada tahun yang sama, kota ini dianugerahi tempat pertama dalam kategori “Budaya dan Tradisi” berupa “Story Award” dari Green Destinations. Pemerintah Jepang memberikan kehidupan baru ke dalam kota, dengan memanfaatkan kembali aset budayanya. Ozu kini memimpin ambisi Jepang untuk menjadi salah satu tujuan wisata paling ramah lingkungan di dunia.
Ketika dibuka pada tahun 2020, tempat ini menawarkan kesempatan pertama kepada pengunjung di Jepang untuk tidur semalaman di kastil. Para tamu juga dapat menginap di 31 kamar di 26 bangunan lain yang telah dipugar dengan cermat dan tersebar di seluruh kota kecil. Dengan mengintegrasikan tamu ke dalam komunitas, para pengelola hotel memberikan kesempatan unik bagi wisatawan untuk merasakan kembali sejarah Ozu dan cara hidup masayarakat saat itu.
“Transformasi Ozu adalah sebuah keajaiban mengingat betapa cepat, menyeluruh dan suksesnya hal itu terjadi,” kata seorang manajer hotel, Yuki Inao. Ia mengenang kastil tersebut hampir penuh dipesan pada tahun 2023, usai Jepang mencabut pembatasan perjalanannya pascapandemi.
Menginap di Kastil Ozu adalah urusan yang rumit. Pengalaman dimulai setelah pukul 17:00 ketika museum kastil tutup. Para tamu datang dengan mengenakan kimono atau baju besi samurai. Mereka memasuki kastil dengan menunggang kuda dengan pengawalan rombongan samurai yang merupakan aktor lokal. Setelah pertunjukan seni tradisional seperti musik istana gagaku atau tarian kagura Shinto, makan malam disajikan di Menara Koran, tempat mantan penguasa Ozu – 13 generasi keluarga Kato – menyesap sake sambil melihat bulan.

Setelah itu, para tamu tidur di kamar kayu di beberapa lantai menara. Sarapan disajikan keesokan paginya di Garyu Sanso, sebuah kedai teh indah yang dibangun oleh seorang pedagang kaya pada tahun 1920-an di taman hiburan kastil yang menghadap ke sungai.
Dengan biaya ¥1,320,000 (sekitar Rp135,8 juta) per malam untuk dua orang tamu, menginap di Kastil Ozu bukan untuk semua orang. Namun, memori mengenai kota yang menyerahkan kunci kastilnya kepada para tamu sebagai simbol dari sikap ramahnya terhadap para turis, merupakan pengalaman otentik yang memanjakan.