MICEPLUS.ID — Gunung Vesuvius di Italia Meletus hebat pada 2.000 tahun lalu. Saat itu, pantai di Herculaneum sedang dipadati pengunjung, yang berjemur dan bersantai menikmati pemandangan laut. Tiba-tiba langit hitam dan lontaran lahar panas Gunung Vesuvius menimbun Kota Herculaneum.
Mereka yang di pantai itu tak satupun yang selamat. 300 lebih wisatawan itu berlindung dalam shelter di pantai, namun terperangkap hawa panas. Mereka sia-sia menanti penyelamatan dari pasukan perlindungan sipil di bawah pimpinan Laksamana sekaligus cendekiawan Romawi yang masyhur, Pliny The Elder. Saat ditemukan 2.000 tahun kemudian, ratusan kerangka manusia itu terlihat dalam kondisi pasrah dan ketakutan.
Pantai di taman arkeologi Herculaneum diperkirakan merupakan tempat di mana lebih dari 300 orang mencoba menyelamatkan diri dari bencana alam pada tahun 79 M. Saat dibuka untuk umum pada Rabu (19/6/2024), setelah bertahun-tahun penggalian arkeologi dan restorasi, sisa-sisa tulang belulang manusia dan bukti-bukti lain dari erupsi Gunung Vesuvius banyak yang ditemukan.
“Ini bukan hanya pekerjaan restorasi tetapi juga penelitian yang hebat karena kami tahu bahwa menampilkan kembali sebuah situs, di tempat arkeologi terbuka, juga berarti mampu menggali aspek ilmiah. Dari penggalian kami menemukan sisa-sisa dan aliran aliran piroklastik yang melanda kota pada tahun 79 M dengan segala jenis material,” kata Direktur Taman Arkeologi Herculaneum, Francesco Sirano.
Penemuan paling penting di Herculaneum adalah “sang buronan terakhir” yang terjadi pada tahun 2021, berupa kerangka seorang pria berusia sekitar 40 tahun. Ia mungkin mencoba melarikan diri ke laut dan membawa tas berisi barang-barangnya yang paling berharga, “Sama halnya Kota Pompeii dan Oplontis, Herculaneum merupakan proyek arkeologi mengenai erupsi. Banyak proyek arkeologi yang menantang,” kata Menteri Kebudayaan Italia, Gennaro Sangiuliano pada Rabu (19/6).
Menurutnya, semua proyek arkeologi tersebut berada dalam undang-undang anggaran. Dengan demikian, pembiayan penggalian dan konstruksi bisa terus berlanjut untuk mengungkap harta karun baru, serta mendorong aktivitas para ilmuwan.
“Kami percaya dengan menciptakan, menghubungkan, memperkuat kawasan yang juga diakui UNESCO sebagai kawasan arkeologi terpenting dan yang bernilai tinggi, akan menjadi peluang bagi pembangunan sosial ekonomi,” tambahnya.
