MICEPLUS.ID — Spa menjadi bagian penting dari wisata kebugaran atau wellness tourism. Di dalam spa, rempah-rempah menjadi bahan utama, yang pada akhirnya mengangkat budaya nasional.
“Spa berperan dalam pengembangan wisata kebugaran sangat erat kaitannya dengan praktik kearifan lokal, termasuk penggunaan rempah-rempah. Ia menyebut, Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia,” ujar Direktur PT Mustika Ratu, Kusuma Ida Anjani yang biasa disapa Ajeng.
Ia pun merujuk 30.000 lebih jenis tanaman obat yang seharusnya mampu menjadi penggerak tren kesehatan dalam pengobatan preventif, mengingat adanya perubahan gaya hidup setelah pandemi.
Ajeng mengatakan Mustika Ratu dipandang sebagai pionir dalam pemanfaatan rempah-rempah untuk produk kecantikan dan kesehatan. “Sejak awal, Mustika Ratu berperan penting dalam pengembangan industri spa di Indonesia. Founder Mustika Ratu, Ibu Mooryati Soedibyo, memperkenalkan Taman Sari Royal Heritage Spa yang memadukan resep kecantikan turun-menurun para ratu dan raja Jawa, berbasis ragam rempah Indonesia yang diracik menggunakan teknologi terkini,” paparnya.
Untuk menjadikan rempah-rempah sebagai bagian kesehatan alami, Ajeng menjelaskan, pihaknya menawarkan berbagai produk pendukung praktik spa yang dirancang khusus untuk menciptakan pengalaman autentik dan menyeluruh. “Di antaranya, kami punya seri minyak zaitun dan minyak cendana untuk pemijatan. Rempah-rempah juga dijadikan bahan utama hair care, body care, dan essential oil yang semuanya diramu dengan cermat menggunakan bahan-bahan alami,” ungkap Ajeng.
Namun, tantangan untuk menjadikan rempah bagian utama wellness tourism, menurut Ajeng adalah mempertahankan variasi kualitas bahan baku yang dipengaruhi musim dan lokasi tumbuh. “Pengawasan quality assurance yang ketat untuk memastikan stabilitas pasokan rempah-rempah jadi tantangan selanjutnya,” ujar dia.
Meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan, produk berbahan rempah lokal penunjang praktik spa punya berbagai keunggulan. Ajeng menjabarkan, “Produk berbahan alami cenderung memiliki efek samping yang minimal. Lalu, penggunaan rempah sering kali berdasar pada resep-resep berbasis budaya, sehingga ada upaya pelestarian di sana,” katanya.
Pemanfaatan rempah lokal, menurut Ajeng, juga merupakan bentuk dukungan keberlanjutan terhadap lingkungan. “Bahan-bahan alami memiliki dampak baik terhadap lingkungan. Misalnya, limbah produksi produk jamu dapat diolah jadi pupuk,” pungkas Ajeng.