MICEPLUS.ID — Indonesia memiliki keanekaragaman kuliner yang kaya dan bervariasi.
Setiap daerah di Nusantara memiliki ciri khas kuliner yang mencerminkan budaya, sejarah, dan kearifan lokal.
Keanekaragaman rasa, bahan, dan teknik memasak menjadikan kuliner Indonesia unik dan istimewa.
Kuliner tradisional Indonesia tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga mengandung filosofi dan nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca Juga: Terhimpit Antara Jogja dan Solo, Ini Pesona Kuliner Klaten
Dalam upacara adat, makanan sering menjadi simbol dari harapan dan doa.
Misalnya, dalam pernikahan adat Jawa, ada tradisi memberikan makanan kepada pasangan pengantin sebagai simbol doa agar mereka selalu sejahtera dan bahagia.
Di era modern ini, tantangan terbesar adalah bagaimana melestarikan kuliner tradisional agar tidak punah.
Banyak upaya yang dilakukan, seperti festival kuliner, lomba memasak.
Lalu juga bisa dalam penggunaan media sosial untuk memperkenalkan kuliner tradisional kepada masyarakat luas.
Restoran dan kafe yang menyajikan masakan tradisional dengan sentuhan modern juga semakin banyak bermunculan.
Mereka mengemas makanan tradisional dengan cara yang lebih menarik tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.
Baca Juga: Rekomendasi Kuliner Favorit di Jepara: Entog Asap Sambal Mowo Khas Pak Gondrong
Di tahun 2023 kemarin, empat kuliner khas Banyuwangi, Jawa Timur, resmi mendapat surat pencatatan inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) dari Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham).
Empat kuliner tersebut adalah sego cawuk, sego tempong, pecel pitik, dan ayam kesrut.
Sementara 5 lainnya masih dalam proses. Yaitu pecel rawon, rujak soto, tahu walik, bagiak, dan pindang koyong.
Untuk menjaga tradisi dan budaya leluhur, Pemkab Banyuwangi juga rutin menggelar sejumlah agenda.
Salah satunya Festival Banyuwangi Kuliner yang konsisten mengangkat masakan khas daerah.