MICEPLUS.ID – Pulihnya pariwisata kapal pesiar mendorong pemerintah membangun Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) di kawasan Pelabuhan Benoa, Bali. BMTH digadang-gadang menjadi titik balik untuk mendatangkan wisatawan mancanegara dalam jumlah besar.
Pasalnya, kapal pesiar dengan muatan 2.000 sampai 4.000 orang memiliki keunggulan dalam hal kuantitas dan kualitas dibanding wisatawan pada umumnya. Hal itu yang membuat Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi optimistik, BMTH dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali. Sekaligus berdampak positif terhadap perekonomian nasional.
“Melihat kemajuan pembangunan BMTH sudah baik dan signifikan. Semoga pembangunan infrastruktur ini berjalan sesuai rencana, segera beroperasi secara optimal, dan dapat meningkatkan perekonomian, baik regional maupun nasional,” ujar Budi Karya Sumadi,
Sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), BMTH bertujuan menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai hub pariwisata maritim unggulan. Proyek ini menyatukan sektor pariwisata, pelabuhan, dan hiburan. Agar menghadirkan efek berganda bagi yang mendorong pertumbuhan ekonomi multisektor.
Budi Karya mengemukakan pada 2023, 48 kapal pesiar dengan 77.000 penumpang berlabuh di Pelabuhan Benoa. Dengan adanya BMTH, jumlah ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan.
BMTH juga dibuat agar menjadi magnet bagi kapal pesiar internasional untuk menjadikan Pelabuhan Benoa sebagai home port. Kapal-kapal pesiar berukuran besar, dengan panjang lebih dari 300 meter, kini mulai sandar di pelabuhan ini, memberikan indikasi bahwa Pelabuhan Benoa siap menjadi pusat pariwisata maritim kelas dunia.
Pembangunan BMTH tidak hanya berfokus pada fasilitas pariwisata, tetapi juga pada peningkatan infrastruktur pelabuhan yang mendukung operasi kapal pesiar besar. Dengan infrastruktur yang memadai, Pelabuhan Benoa juga diupayakan agar mampu menangani jumlah wisatawan yang lebih besar, sekaligus meningkatkan daya tarik Bali sebagai destinasi wisata bahari.
BMTH memang mendesak untuk segera beroperasi. Menurut pengamat pariwisata Bali, Dewa Wisnu Arimbawa, meskipun Bali memiliki beberapa pelabuhan kapal pesiar, namun infrastrukturnya tak layak untuk menampung kapal-kapal pesiar besar, terutama menyediakan layanan yang memadai bagi para penumpang. Perlu adanya investasi yang lebih besar dalam pembangunan dan peningkatan fasilitas pelabuhan kapal pesiar.
“Tantangan lainnya adalah promosi dan pemasaran yang efektif. Bali harus bersaing dengan destinasi wisata lainnya di kawasan Asia Pasifik untuk menarik minat operator kapal pesiar dan calon penumpang. Perlu strategi promosi yang lebih agresif dan terarah, termasuk pemanfaatan media sosial, partisipasi dalam pameran pariwisata internasional, dan kerja sama dengan agen perjalanan dan maskapai pelayaran,” ujarnya
Ia juga menyarankan agar ada jaminan perlindungan lingkungan. Dengan meningkatnya jumlah kapal pesiar yang mengunjungi Bali, perlu adanya langkah-langkah konkret untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Perlunya pengelolaan limbah kapal pesiar, perlindungan terhadap terumbu karang, dan upaya untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan laut.
Selain tantangan infrastruktur dan lingkungan, ada juga tantangan dalam hal regulasi dan kebijakan. Bali perlu memiliki kerangka kerja yang jelas dan berkelanjutan terkait tata kelola wisata untuk mengatur operasi kapal pesiar di perairan Bali, termasuk dalam hal pajak, perizinan, dan tanggung jawab sosial perusahaan.
“Diperlukan kerja sama antara pemerintah, pelaku pariwisata, dan masyarakat lokal untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi industri kapal pesiar,” pungkasnya.