MICEPLUS.ID — Bali, pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, memiliki sistem irigasi tradisional yang unik dan mendunia.
Warisan tradisional yang mendunia itu adalah Subak. Sistem irigasi ini tidak hanya menjadi kunci keberhasilan pertanian di Bali.
Akan tetapi juga merupakan warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia sejak tahun 2012.
Subak adalah sistem pengelolaan air yang melibatkan komunitas petani dalam mengatur distribusi air untuk sawah mereka.
Ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan harmoni dengan alam.
Sistem irigasi Subak telah ada sejak abad ke-8 atau 9, berkembang dari kebutuhan masyarakat Bali untuk mengelola sumber daya air yang terbatas.
Resort Padma Ubud Bintang 5: Keajaiban Bali Utara dan Tengah
Filosofi Subak berakar pada ajaran Tri Hita Karana, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan.
Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan sesama manusia, dan antara manusia dengan lingkungan.
Melalui Subak, para petani berupaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam.
Teknologi dan Teknik Irigasi
Teknologi irigasi Subak menggunakan sistem terasering atau sawah berundak yang memungkinkan air mengalir dari hulu ke hilir secara teratur.
Air dialirkan melalui saluran-saluran irigasi yang terbuat dari tanah dan batu, yang memanfaatkan gravitasi untuk mengalirkan air ke sawah-sawah.
Setiap petani mendapatkan jatah air yang adil sesuai dengan luas lahan dan kebutuhan tanaman mereka.
Keberhasilan sistem ini tergantung pada kerjasama dan komunikasi yang baik antar anggota Subak.
Pada salah satu pembukaan World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Bali (21 Mei 2024), Deputy Director General of UNESCO, Xing Qu, menyampaikan kekagumannya terhadap masyarakat Bali terkait pemanfaatan sistem irigasi Subak.
Koh Phangan di Thailand Akhirnya Mampu Taklukkan Bali, Begini Caranya!
Menurut Xing Qu, subak bisa menjadi salah satu upaya dalam menghadapi berbagai tantangan permasalahan air pada abad ke-21 ini.
Tak hanya berdampak baik bagi sektor pertanian, subak menjadi salah satu daya tarik wisata di Bali, seperti yang ada di Desa Wisata Jatiluwih, Penebel, Tabanan.
Salah satu atraksi wisata yang dapat Sobat Parekraf rasakan langsung di desa wisata ini adalah mengikuti kegiatan para petani, seperti membersihkan sawah (nampadin), membajak sawah (ngelampit), meratakan tanah sawah (mlasah), menanam padi (nandur), hingga memanen (sasih sada).
Selain itu, daya tarik utama yang tak bisa dilepaskan dari desa wisata ini adalah Festival Jatiluwih yang rutin digelar setiap tahunnya.
Gimana, miceplus lovers apakah sudah ada agenda liburan ke Bali dan menikmati keindahan Subak?