Mei jadi mimpi buruk bagi pasukan dan rakyat Ukraina. Rusia menyerang balik dengan amarah dan tentu saja bombardemen berkali-kali lipat merusak segalanya termasuk museum.
Dalam genre pariwisata, terdapat wisata sejarah. Destinasi utamanya berupa petilasan juga museum. Bagaimana wisata sejarah dalam kondisi perang? Tentu saja semua was-was. Prihatin dengan kondisi sendiri dan tentu saja sejarah bangsa yang terancam menjadi puing.
Itulah yang mendorong penggiat museum di Ukraina bertemu di Berlin, Jerman, pada akhir Mei. Mereka menggelar konferensi bertajuk “Dari Krisis ke Masa Depan: Tanggung Jawab Baru untuk Museum di Ukraina.”
OBMIN sebuah yayasan yang berbasis di Warsawa, Polandia, menjadi inisiator pertemuan itu. OBMIN pula yang menjadi wadah bagi 100-an museum di Ukraina sejak 2022, atau saat perang mulai berkecamuk. Pertemuan terbesar para penggiat museum selama Perang Rusia-Ukraina itu, dihadiri para ahli museum dan sejarah dari Jerman, Ukraina, dan Polandia. Mereka mendiskusikan nasib berbagai museum di Ukraina dalam 5-10 tahun mendatang, Termasuk rencana aksi pembangunan kembali.
Proposal hasil pertemuan tersebut, kemudian disusun dalam 10 agenda konkrit untuk merekonstruksi museum Ukraina dan penguatan masyarakat sipil. Proposal itu kemudian didedah dalam pertemuan tahunan internasional di Berlin, pada 11-12 Juni 2024.
Pembangunan dan revitalisasi museum tersebut jadi pembahasan dalam Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara Uni Eropa. Kerusakan museum akan masuk dalam agenda pembangunan dan rekonstruksi Ukraina, termasuk aspek ekonomi dan sosial. Ukraina dalam data OBMIN, memiliki 102 museum dan galeri seni. Gedung-gedungnya rusak selama perang. Di seratusan museum, 12 di antaranya hancur total. Sementara 1.062 situs warisan budaya menjadi puing-puing selama perang. Dari seribuan situs, terdapat 123 situs nasional dan 864 situs lokal.
Pakar sejarah Ukraina yang juga Direktur Museum Nasional Ukraina, Milena Chorna mengatakan perusakan situs warisan sejaraha dan budaya, merupaka cara untuk melenyapkan identitas Ukraina, “Pasukan Rusia juga menawan para pekerja museum dan menjadi target mata-mata,” ujar Chorna. Sejauh ini, Chorna mengatakan dua direktur museum telah tewas dalam serangan Rusia. Sementara para pekerja museum lainnya, diungsikan dari zona pendudukan.
Akibat perang belum menunjukkan tanda-tanda damai, pembahasan konferensi menurut Direktur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Oleksandr Kostin mengatakan, para peserta konferensi di Berlin hanya sebatas membahas masa depan museum yang rusak.
Mimpinya, museum masa depan Ukraina harus mengembangkan visi baru, yang melebihi peran konvensional sebagai pusat koleksi benda sejarah. Museum Ukraina di masa mendatang, harus mampi menyediakan ruang bagi interaksi dan diskusi. Museum harus berkontribusi untuk memperkuat masyarakat sipil.
Rekonstruksi dapat membantu menjadikan museum-museum di Ukraina sebagai “salah satu museum paling modern dan ramah pengunjung di dunia,” menurut dokumen yang dirilis OBMIN. Banyak museum di wilayah yang saat ini diduduki telah membuat kemajuan besar dalam mendigitalisasi koleksi mereka sebagai akibat dari perang.