MICEPLUS.ID – Pemerintah distrik Shibuya yang merupakan destinasi paling populer di Tokyo, bakal melarang siapapun di wilayah itu yang menenggak alkohol di jalanan. Peraturan tersebut, bakal berlaku pada Oktober. Isinya melarang minuman beralkohol di jalan-jalan atau tempat umum di Shibuya mulai pukul 18.00 hingga 05.00 setiap hari. Di Jepang, pria dan wanita diperbolehkan mengkonsumsi alkohol pada usia 20 tahun.
Kota Shibuya merupakan distrik dengan pemerintahan otonom di Tokyo, dengan demikian mereka bisa membuat peraturan untuk wilayahnya sendiri, “Kami telah meningkatkan patroli dan upaya lain selama setahun terakhir. Kami lebih suka masyarakat menikmati minuman mereka di dalam restoran,” ujar Wali Kota Ken Hasebe.
Musim gugur lalu, Pemerintah Distrik Shibuya melarang kegiatan yang berkaitan dengan Halloween di distrik tersebut. Alkohol disebut-sebut sebagai alasan utama di balik larangan tersebut. Hal ini termasuk larangan minum alkohol di luar bar dan restoran. Wali Kota Hasebe mengatakan, pelaku bisnis lokal mendukung peraturan tersebut pada Oktober 2023. Mereka mendorong pemerintah menjadikannya peraturan permanen.
“Kerusakan yang disebabkan oleh overtourism menjadi serius, mengakibatkan kerusakan properti akibat minum-minum di jalan, pertengkaran dengan penduduk setempat, dan membuang banyak kaleng dan botol kosong,” kata pejabat Distrik Shibuya.
Shibuya adalah rumah bagi beberapa atraksi paling populer di ibu kota, termasuk Kuil Meiji, Taman Yoyogi, dan “Perebutan Shibuya”, yang diyakini sebagai persimpangan tersibuk di dunia.
Jepang telah berjuang untuk mengatasi overtourism sejak dibuka kembali sepenuhnya pascapandemi. Lebih dari tiga juta pengunjung mengunjungi negara ini pada bulan April dan Mei tahun ini, dan tren ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga musim panas.
Pemerintah Jepang telah berupaya keras mengedukasi wisatawan mancanegara, terkait budaya lokal. Di kota bersejarah Kyoto, di mana geisha dan murid-muridnya (maiko) dapat ditemukan di sekitar gang-gang kuno. Di mana penduduk setempat mencoba mencari cara untuk mencegah orang asing melecehkan para perempuan tersebut saat mereka dalam perjalanan berangkat atau pulang dari tempat kerja.
Kantor Pariwisata Kyoto telah memasang poster dan membagikan pamflet tentang berbagai adat istiadat sosial di Jepang, mulai dari cara menggunakan toilet hingga cara memberi tip. Nasihat ini juga berlaku bagi geisha, yaitu para pengunjung diminta untuk tidak menyentuh para wanita tersebut, mengenakan kimono mereka, atau mengambil foto mereka tanpa izin.
Penduduk lokal Gion juga telah mengambil beberapa tindakan, seperti memblokir gang-gang menuju rumah pribadi para geisha. Meskipun ada tindakan-tindakan tersebut, para paparazzi geisha dan para pengganggu lainnya, masih menimbulkan konflik antara wisatawan mancanegara dan penduduk setempat.